Mahameru bagian 2 – Sebuah Perjalanan.

March 15, 2018



Kami berangkat dari homestay sekitar pukul 9 pagi dan naik mobil jip ke gerbang pendakian. Lalu berjalan melewati ranu pane dan sebelum naik kami di data dulu dan semua pendaki di kumpulkan di ruangan khusus untuk menerima arahan seputar pendakian. Ketika briefing juga banyak di ceritakan hal-hal aneh dan misterius, tentang pendaki yang menghilang lah, tentang pendaki yang meninggal tertimpuk longsoran batu, tentang pendaki yang bertemu macan tutul, tentang pendaki yang hilang dan ketika di lacak sinyal handphone nya berpindah-pindah lokasi nya (padahal antar satu lokasi, dengan lokasi lainnya sangat jauh jaraknya) di asumsikan orang ini diculik mahluk halus L Cerita-cerita itu bikin aku ngomong dalem hati “pokoknya aku naik sekuatnya aku aja. Kalo gak kuat yaudah sampe ranu kumbolo aja juga ga papa. Yang penting pulangnya selamat, inget sama ayah di rumah kalo udah janji jaga diri baik-baik.” Teman-teman yang lain banyak sekali yang terobsesi untuk sampai puncak istilahnya, udah jauh-jauh ke semeru masa ga sampe puncak? Tapi nanti kenyataan akan berkata lain, kita manusia memang gak punya kekuatan apa-apa, semuanya Tuhan yang menentukan. (Nanti ku ceritakan ya).

ini 2 temanku 
Kami mulai naik jam 11 siang, dengan tas segede kulkas di pundak dan trek menanjak okey saya kuat dan tidak mau mengeluh. Karena Mahameru tingginya 3676 mdpl gak lucu kalo baru naik aja udah menye-menye. Diluar dugaan, kelompok kami yang isinya 3 perempuan cupu gak pernah naik gunung jalannya cepet banget dan penuh semangat, padahal kelompok lain udah banyak yang istirahat, lha kita terus aja jalan kilat wkwkwk. Setelah berjam-jam berjalan sekitar pukul 3 sore sampailah kita di RANU KUMBOLOOOOOOOOOOOOOOOO omg! Ketua kelompok saya sampe teriak saking senengnya, terus kita jalan menyusuri padang ilalang turun ke bawah menuju danau bening itu. Dari dulu sebelum bener-bener datang kesini, saya Cuma bisa melihat keindahan ranu kumbolo lewat google atau film 5cm, kali ini saya berdiri tepat di depan danau berair tenang itu, rasanya gak bisa di gambarkan. Indah, syahdu, dan tenang banget pokoknya.



Kami mengambil banyak gambar di ranu kumbolo, ini mungkin sekali-kalinya saya kesini jadi harus di abadikan. Semua orang senang dan menghabiskan waktu beberapa saat di pinggir danau kemudian masing-masing mendirikan tenda. 

ini foto 2 sahabatku, namanya yaya dan kimo. taken with fujifilm xa2

Sore itu setelah beres shalat ashar dan makan, saya melihat orang-orang yang duduk di kursi lipat di pinggir danau. Hanya diam menikmati alam. Juga orang-orang yang tidur di hammock yang diikat ke pohon, benar-benar menikmati alam, rasanya tenteram sekali. Karena di sini tidak ada sinyal, maka terlepaslah kita dari keterikatan teknologi dan sosmed. Mungkin memang begini seharusnya, datang untuk benar-benar menikmati yang nyata, bukan sibuk pamer status di sosial media. Saya pun ikut duduk di pinggir ranu kumbolo, hanya diam, melihat air danau yang jernih dan tenang, sunyi, pikiran saya rasanya ikut tenang pula.


Pukul 11 malam kami di bangunkan untuk melanjutkan perjalanan ke kalimati lalu ke puncak mahameru. Kenapa harus malam? Karena menurut briefing sebelum naik, diinformasikan kalau di puncak Mahameru ada gas beracun yang keluar mulai jam 10 pagi, jadi kalau mau sampai di puncak ketika sunrise maka harus berangkat di malam hari. Kami semua memakai jaket tebal dan memasang head lamp di kepala masing-masing lalu berangkat menyusuri hutan di tengah malam. Rasanya mengerikan. Saya belum pernah berjalan di hutan (yang bener-bener hutan) saat tengah malam, pohon-pohon besar  ada di mana-mana, belum lagi memang masih ada macan tutul pula yang aktif di malam hari, karena itu kami di ingatkan untuk selalu berjalan dalam kelompok dan tidak terpisah. Karena katanya macan tutul itu takut kalau orangnya banyak, tapi kalau menghadapi orang yang sendirian dia berani. Bapak-bapak di belakang saya mengingatkan saya untuk fokus sama lingkungan dan jangan kosong pikirannya, setelah itu dia komat kamit berdzikir sendiri. Saya juga menyebut nama Tuhan baik-baik di dalam hati supaya dilindungi dari hal-hal buruk, karena waktu itu memang benar-benar gelap dan menyeramkan, cahaya kami hanya dari lampu kecil di kepala sisanya tidak terlihat apa-apa. Teman saya bahkan mengaku melihat perempuan bergamis putih dan berambut panjang dekat pohon besar ketika itu (ini dia ceritakan waktu kami sudah pulang, karena waktu itu dia tidak berani bilang, takut.)


Setelah perjalanan panjang sampailah kami di pos sebelum kalimati. Anda gubuk kecil dan kami istirahat disitu. Pada titik ini sudah keliatan siapa yang masih kuat, udah sakit, udah gak kuat lagi. Anehnya saya masihh merasa segar bugar aja meskipun capek, dua teman perempuan saya yang mau naik ke puncak sudah kurang memungkinkan, yang satu muntah-muntah dan mau tumbang, yang satu udah pucet. Saya yang awalnya gak mau naik ke puncak malam ini melihat ke langit dan Subhanallah bintang-bintang cerah bertaburan, di kota saya tidak pernah melihat bintang-bintang segemerlap itu. Terus ketua kelompok saya bilang “itu disana, puncak Mahameru.” Saya belokkan mata saya dan saya lihat sebuah gunung dengan lampu kelap-kelip berwarna putih dalam satu jalur dari bawah sampai ke puncaknya yang tidak lain adalah cahaya head lamp dari para pendaki,  mereka rapi dalam satu barisan seperti semut-semut kecil dengan cahaya jika dilihat dari jauh. Waktu itu sekitar jam 3 dini hari rasanya hati saya berbicara kepada saya “SAYA MAU KE SANA. Saya mau bergabung dengan ratusan lampu kelap-kelip itu dan menjadi salah satunya.” Sayangnya saya lupa mengabadikan momen luar biasa itu karena terlalu asyik lihat bintang dan cahaya lampu di gunung.


kalimati
Setelah jalan beberapa lama sampailah kami di kalimati, disitu ditanya siapa yang mau lanjut summit. Banyak orang sudah tumbang. Satu teman saya yang sama-sama dari Bandung sudah tidur di dalam tenda, tidak enak badan. Teman saya satunya masih mau, tapi sudah pucat. Akhirnya kami di buatkan susu hangat dulu sebelum naik. Ternyata oh ternyata, segala perjalanan sebelumnya tidak ada apa-apanya di bandingkan naik ke puncak Mahameru. Disini baru lah di mulai ujian yang sesungguhnya...
Bersambung ke Mahameru bagian -3 ...

You Might Also Like

0 comments