Bagaimana buku mengubah hidup saya.
December 14, 2018
Postingan ini saya dedikasikan untuk buku-buku yang pernah saya baca & jutaan buku diluar sana yang sudah turut berpartisipasi membahagiakan oranglain, mengubah cara pandang manusia, bahkan mungkin menyelamatkan hidup. Saya ingin berterimakasih sebanyak-banyaknya kepada para penulis yang sudah melahirkan buku-buku bermutu dan bermanfaat bagi para pembacanya.
Saya tak dapat membayangkan hidup saya jika tidak pernah membaca buku. Bahkan kalau disuruh memilih menghabiskan waktu dengan orang atau buku, 70% hati saya memilih buku. Sebagai seorang introvert yang menikmati waktu dengan kesendirian, buku benar-benar menjadi sahabat saya yang mengajarkan banyak hal. Kadang saya bahkan merasa, setelah pergi ke mall / jalan-jalan / ngobrol-ngobrol yang tak ada isinya dengan teman-teman, saya merasa sudah menyia-nyiakan waktu. Dalam banyak aspek, buku telah mengajari saya memandang sesuatu dengan sudut pandang lain sehingga membantu saya dalam menyikapi kehidupan.
Saya tidak mungkin lupa, pada hari dimana saya merasa hidup mengecewakan saya. Hal yang saya targetkan dengan rencana yang matang, tiba2 kandas dengan hasil yang sungguh tipis (padahal sedikit lagi saja, saya berhasil.) Karena perbedaan tipis yang HAMPIR berhasil itulah, menambah saya semakin gemas dengan hasilnya. Bukan karena kurang persiapan, bukan karena kurang doa, bukan karena kesalahan teknis, hanya karena memang Tuhan menghendaki saja.
Dalam hati kecil, saya mengetahui kalau ini bagian dari rencana Tuhan dan saya harus ikhlas menerima kalau tidak mau sakit berkepanjangan. Tapi dalam realita nya, menerima di saat kita di hempaskan jatuh oleh kehidupan itu bukan hal mudah, bahkan sangat sulit di terima. Masih saja rasa kesal, marah, dan tidak terima itu ada dalam diri saya. Untuk beberapa waktu, saya marah dengan hidup. Saya bertanya "kenapa" pada Tuhan, meski di sisi lain saya sendiri tau jawabannya kalau Tuhan itu Maha Tau yang terbaik. Di dalam diri saya seperti ada setan & malaikat yang sedang bertarung. Entah siapa yang akan menang.
Kemudian pada beberapa hari ke depan sejak kejadian itu, saya menjadi orang yang kecewa dengan hidup, tapi saya tidak menceritakan ini pada siapapun. Sudah jadi tabiat saya sejak dulu, kalau bisa tahan sekuatnya dari menceritakan kesusahan diri pada manusia. Bukan karena saya sok kuat, jadi memilih begitu, tidak. Tapi karena saya tidak suka di kasihani dan kemungkinan menceritakan masalah pada manusia itu ada 2 : - cerita kita bisa bocor , atau - kita menambah pusing urusan oranglain. Karena tiap orang itu pun pasti punya masalahnya masing2. Saya pernah membaca kalau kita hanya menceritakan keluh kesah kita HANYA kepada Allah, maka Tuhan akan menolong kita dengan cara yang tidak pernah kita duga. Tapi saat itu saya sedang marah dengan hidup, dan sedang mengambil jarak dengan Tuhan, maka saya harus bercerita pada siapa?. Saya tidak pernah membenci Tuhan, Tuhan sangat baik kepada saya, tapi saat itu saya hanya belum bisa menerima takdir dan belum mengerti, saya sadar saya masih bodoh.
Hingga berhari-hari kemudian, untuk menghibur diri, saya mendapati diri saya menonton acara lucu/komedi/youtube channel yang bisa membuat saya tertawa terbahak-bahak. Yah, acara2 komedi itu memang lucu, dan saya benar-benar tertawa, tapi tidak lama. Saya hanya tertawa ketika acara itu diputar, tapi sudahnya saya merasa ada yang kosong dalam jiwa saya. Jauh di lubuk hati, saya tau kalau saya tidak mengobati akarnya, hanya kembali kepada Tuhan yang bisa, tapi aneh, saya tidak mau. Kan saya lagi kesal. Jadi hidup saya itu bener2 kontradiktif. Di satu sisi saya tau, tapi saya tidak mau. Menerima itu ternyata butuh proses yang panjang.
Hingga kemudian, ketika saya sudah mumet sekali, saya pergi ke toko buku. Mulanya hanya untuk mencari inspirasi / angin segar, tapi kemudian saya berujung pulang ke rumah dengan menenteng 7-8 buku dalam tas saya. Saya menghabiskan hampir 1 juta rupiah untuk buku-buku itu dan sama sekali tidak menyesal. Ternyata mungkin itu cara Tuhan untuk menyembuhkan luka di hidup saya. Buku2 itu benar-benar seperti obat bagi saya. Tidak ada waktu yang sia-sia dengan menghabiskan hari membaca buku yang kita sukai. Tiba2 semangat saya seperti datang kembali, dan tau2 saya benar2 excited menjalani hidup dengan petualangan baru. Sungguh menakjubkan.
Sejak dulu saya suka buku yang berisi ilustrasi karena menarik, lalu hari itu saya menemukan 2 buku ilustrasi karangan penulis luar negeri yang sejak dulu saya cari. Oh bahagia semudah itu. Ketika saya baca pun isinya benar2 pas dengan apa yang saya sedang cari, tidak ada yang lebih mengasyikkan pada hari itu. Saya berterimakasih kepada Tuhan. Selain itu saya sangat menikmati buku karangan Desi Anwar : hidup sederhana. itu buku yang enak sekali di baca dan banyak memberi perspektif baru. Saya bertekad dalam hati akan mengoleksi dan membaca karya2 Desi Anwar lebih banyak, selain karena menurut saya dia itu perempuan yang keren. Hehehe.
Sekian dulu jurnal hari ini, Semoga Allah selalu membimbing kita semua, Amin
Love,
Mustika.H
0 comments