Solo Travel Part 2 – ibu-ibu yang curhat.

March 30, 2018




Setelah saya selesai menjelajah dan melihat-lihat isi museum sejarah nasional, saya berencana untuk mendatangi taman-tamannya yang rimbun untuk melukis di bawah pohon. Disana banyak orang-orang duduk di bawah pohon untuk sekedar ngobrol, makan, bercanda, pacaran, dll. Saya mencari pohon yang rimbun dan tidak terlalu ramai (biar bisa menikmati alam ceritanya). Setelah dapat mulailah saya duduk, memperhatikan daun-daun, dan melukis, tapi tidak seperti yang bayangkan ternyata di bawah pohon itu banyak nyamuk dan serangga kecil-kecil! Hahaha, baru duduk aja kulit saya sudah bentol-bentol, akhirnya saya gak terlalu lama disitu dan memutuskan untuk menunggu shalat ashar di masjid Istiklal yang ada dekat monas. Masjid selalu menjadi tempat yang saya sukai (bukan karena saya orang alim/gimana, karena kalau masuk masjid saya merasa suasana nya itu langsung tenteram, siapa saja di terima di rumah Tuhan, dan spent time alone di masjid bukanlah hal aneh, so i love it apalagi kalau masjidnya adem dan banyak pohon.

Sambil menunggu shalat Ashar saya senderan di dinding pinggir masjid sambil ngetik sesuatu di laptop, tiba-tiba ada ibu-ibu pake mukena datang senderan juga di tiang sebelah saya, dia cuman bilang “duh, mau ngaji tapi ngantuk.” Gitu doang. Saya senyum, karena ya yaudah kalau ngantuk tinggal tidur, udah gitu saya ngetik lagi dan dia juga gak ngomong apa-apa lagi. Singkat cerita, saya akhirnya ngobrol juga sama ibu itu yang akhirnya curhat tentang cerita kehidupan dia. Saya sebelumnya pernah ketemu beberapa orang yang ngemodus cerita-cerita yang UUD (ujung-ujungnya duit) termasuk di masjid, tapi menurut saya ibu ini bukan orang yang ngemodus meskipun ia memang butuh banget duit. Ibu itu menceritakan kisah hidupnya dari mulai dulu zaman uang dan harta dia begitu berlimpah dia lupa sama Allah, tidak pernah shalat taraweh, pelit, pokoknya uangnya dia pakai foya-foya, begitu katanya. Dulu banyak orang mendekati dia karena suaminya adalah orang berpangkat, kini semua orang menjauhi dia termasuk anaknya sendiri, dia dan suaminya sudah lama bercerai, semua harta seakan diambil Tuhan tanpa bersisa, sampai akhirnya sekarang ia tidak punya apapun kecuali yang di bawa ke masjid, untuk tidur ia mengatakan sering datang ke RS Pasar Rebo karena disitu tidak akan ada yang mengusir beliau karena dikira keluarga pasien, dia pernah dagang tapi ada saja alasan yang membuatnya gagal, dulu bisa ngekost tapi pemiliknya tiba-tiba ada keperluan dengan tempatnya, rasanya Tuhan selalu menutup semua kemudahan dari hidup ibu itu. Dia sepertinya sangat butuh di dengar oranglain, karena nya saya berusaha mendengarkan dengan baik. Tak jarang ia menghapus air matanya ketika bercerita, sambil bilang “kalau mau ngomong mah sebenernya udah gak kuat, gini-gini banget.”


Saya dari dulu senang mendengar kisah hidup oranglain, bukan maksud mau ikut campur, tapi bisa dijadikan pembelajaran buat diri sendiri jangan sampai kayak gitu. Ibu itu mengingatkan saya jangan sampai lupa sama Allah. Dia juga sebenarnya merasa kalau semua derita yang dia dapat saat ini adalah karena dosa-dosa dia yang lalu, makanya dia taubat dan jadi sering ke masjid. Hidup sendirian dan di jauhi semua orang itu pasti sempit sekali rasanya, tidak ada  yang menyayangi kita, memberi makan kita, melindungi, teman ngobrol, di tambah keadaan dia lagi susah begitu pasti berat. Ibu itu cerita bahkan untuk minum saja dia bingung, pernah suatu hari ia haus sehaus-hausnya tapi gak punya uang, jadi dia tanya sama mas sebelahnya apakah dia punya air, ternyata dibelikan minum aqua sebotol aja rasanya luar biasa sampe bikin dia nangis. Disitu saya ngerasa jleb banget, ya Tuhan, ternyata ada ya orang yang sampe mau minum aja gak bisa... Saya jadi bersyukur, meskipun hidup saya juga bukan hidup yang sempurna tapi ternyata masih banyak hal yang saya syukuri. Setidaknya saya punya tempat tinggal, punya tabungan cukup, tidak pernah susah makan dan minum (bahkan sering makan enak L ), punya keluarga dan saudara yang baik, bisa sekolah tinggi, punya sahabat, alhamdulillah Ya Allah.

Saya Cuma bilang ke ibu itu kalau Tuhan sayang sama dia, makannya dikasih ujian seperti ini biar dia balik lagi inget Allah. Siapa lagi coba yang mau kita gantungin kalau disisi kita udah gak ada lagi orang lain, hanya Allah (Tuhan yang sering kita lupakan.) Saya juga lebih banyak mendengar dan tidak banyak komentar macam-macam karena saya sendiri juga gak tau apa-apa dan belum pernah di uji kayak gitu. Terimakasih bu nasihatnya, pengingat juga buat saya kalau suatu hari nanti saya di kasih Tuhan kelimpahan rezeki semoga saya menjadi orang yang selalu ingat kepada Allah dan orang-orang kecil. Satu lagi yang saya dapet dari hari ini dari perjalanan solo travel saya, ini semua gak akan terjadi kalau saya sibuk ngobrol dan cerita sama temen. Ternyata Tuhan membelokkan niat saya ke tempat ini supaya bisa mendengar kisah ibu ini. Thats my story from my solo trip~ Minggu depan rencananya saya mau ke pulau Pari sama teman-teman semoga Allah mengizinkan, dan semoga saya dapat pengalaman berharga dan pelajaran menarik lainnya.  Amiiin! J

You Might Also Like

0 comments