Solo travel part 1 - Diorama Museum Sejarah Nasional

March 30, 2018

i love the details!!! tas nya apalagi keceh banget (fav vintage leather)

Long weekend ini saya berencana pergi ke suatu tempat sendirian ( ceritanya mau nyobain solo travel gitu wkwk, meskipun masih di Jakarta-jakarta juga). Penasaran aja pengen tau gimana rasanya menikmati perjalanan sendirian. Awalnya saya mau pergi ke seaworld pagi-pagi berangkat naik busway, karena selama ini saya selalu naik gojek/grab kemana-mana, saya mau cobain naik busway kali-kali. Sebenernya naik busway itu enak kalau lagi kosong dan tau rute, tapi kalau lagi penuh dan si bis nya lama dapetnya yha begitu deh. Ternyata eh ternyata rencana memang tidak selalu berjalan sesuai rencana. Karena satu dan lain hal, jumat itu saya memutuskan untuk akhirnya pergi ke Perpustakaan Nasional RI yang baru buat eksplor 25 lantainya. Saya pernah kesana sekali, dan guys perpusnas RI ini gak segaring namanya, malah dia keren banget makanya saya pengen bikin post khusus tentang isi perpusnas ini (nanti yah!).


Setelah siap-siap berangkatlah saya dengan segala persiapan (kamera mirrorless, laptop, snack, minuman, dan makanan) ceritanya saya mau spent day disana eksplore lantainya satu per satu. Daaaaaaaaaaaan ternyata pas nyampe, jeng jeeeng. Apa dong.. TUTUP. Padahal saya udah cek jadwal, tapi gak tau kalau libur nasional itu dia tutup (pelajaran guys.) Bingung dong saya, karena saya bukan tipe yang suka bikin pilihan bercabang kalau mau pergi (misal kalo gak ke A ya ke B) Saya tipenya kalau udah mau ke A, yaudah pasti ke A gak ada pikiran buat ke B. Jadi ketika tempat A ini tutup saya harus mikir cepet saat itu juga ke tempat lainnya. Males banget kalo balik lagi ke kosan. Maka pagi itu saya berdoa, Tuhan.. tolong bimbing saya dalam setiap perbuatan.. berjalanlah saya ke Monas, karena sebrang perpusnas itu arena taman Monas yang luas.


Sebenernya saya udah beberapa kali ke monas bareng teman-teman, tapi rasanya gak ada yang menarik, biasa aja, Cuma panas doang yang kebayang. Ternyata saya tau sekarang rasanya ‘solo travel’ itu kayak gimana. Man, beda banget! Pas saya jalan sendirian, saya jadi lebih peka aja sama lingkungan sekitar, lebih banyak yang dilihat karena kan gak ngobrol sama temen, jadi perhatiannya fokus ke lingkungan. Kalau dulu pas lewatin area taman yang banyak pohonnya itu biasa aja, tadi pas saya jalan sendirian di bawah rindangnya pohon-pohon hijau rasanya tenaang banget. Saya jalan pelan-pelan, liat daun-daun, liat anak-anak kecil main, liat keluarga jalan bareng, liat kakek-kakek yang lagi mijitin kaki istrinya yang sakit di kursi roda (ini pemandangan tadinya mau saya foto, tapi takut mengganggu mereka jadi gak jadi.) Intinya saya melihat dan menikmati sisi lain taman yang biasanya saya liat begitu saja.




 

Lalu mulailah saya melihat Monas, saya dari dulu belum pernah naik ke puncaknya, yaudah apa salahnya saya coba sekarang! Ya gak? Jalan lah saya mengitari area monas itu, tapi saya gak nemu pintu masuknya. Saya bingung itu orang-orang masuk dari mana sih, saya tanya ke bapak-bapak dia bilang kayaknya dari sisi sebelah sana. Akhirnya saya puterin tuh areal monas, lumayan coy terik matahari bikin keringetan. Eh ternyata emang gak ada tuh pintu masuknya, makin bingunglah saya dari mana orang-orang di dalem itu bisa masuk yes, ternyataaaa masuknya dari jalan di sebrang tugu itu ada terowongan gitu ke bawah tanah nah dari situlah masuknya -__- hadeeuu, gapapa pengalaman. Lalu saya turun ke bawah, buat masuk monas harus beli tiket dulu. Rame banget banyak yang antri. Jadi tiketnya itu ada 3 harga (anak-anak, mahasiswa, dan dewasa) murah sih 3-10 ribu aja, tapi kalau belum punya kartu DKI Jakarta harus beli kartunya dulu gitu, jadi totalnya saya ngeluarin uang Rp 30.000 buat kartu dan tiket masuk museum yang ada di bawah tugu monasnya.



Masuk ke dalem lewat terowongan pendek, sampailah di museum. Museumnya ber ac, jadi nyaman. Isinya adalah diorama sejarah Indonesia dari mulai jaman kerajaan Hindu Buddha di tahun 1100 sampai kemerdekaan Indonesia. Oh, ternyata Tuhan membelokkan niat saya yang asalnya Cuma pengen jalan-jalan supaya saya belajar sejarah. Okay! I’ll do it J


Saya selalu takjub dengan bagaimana orang-orang zaman dulu menjalani hidup, banyak kebijaksanaan dan kearifan lokal yang tersimpan. Jadi dulunya Indonesia (dulu Nusantara) adalah kerajaan Hindu Budha yang besar, banyak candi di bangun, kerajaan-kerajaan tersebar, salah satu yang terkenal hingga masa kini adalah kerajaan Majapahit, dalam diorama terdapat salah satu gambar kunjungan utusan Cheng Ho pada raja.




Seiring berlalunya waktu, selalu ada perubahan dan hal-hal baru yang masuk ke suatu daerah. Kerajaan Hindu Budha mulai tergeser oleh masuknya ulama-ulama yang menyebarkan agama Islam, karena itu kadang masih sering kita lihat banyak orang islam yang kental mistisnya karena memang warisan nenek moyangnya adalah Hindu. Nenek saya masih menyebut shalat dengan sembahyang, yang kalau di lihat lagi arti kata sembahyang adalah (sembah – hyang ; hyang sendiri sering di artikan dewa-dewa dalam kepercayaan Hindu) maksud saya disini, kebiasaan leluhur yang berlatar belakang Hindu Budha itu masih kental dan bercampur hingga saat ini.



Zaman berganti lagi, datang lah orang portugis dan eropa ke tanah Nusantara, terpikat oleh hasil alamnya yang berlimpah maka di jajah lah negara, rakyat di paksa menanam tanaman yang hanya menguntungkan jika di jual di eropa, bagi yang tidak punya lahan di wajibkan bekerja di kebun-kebun, di saat Nusantara sedang sulit seperti itu sering kita mencibir nenek moyang sendiri, karena bodoh dan tidak tau ilmu lah makanya mudah di tindas, tapi di balik itu ada pula orang-orang Indonesia yang pikirannya jauh ke depan dan selalu ingin mengabdi kepada tanah airnya. 



Tokoh-tokoh seperti Pangeran Diponegoro, Tuanku Imam Bonjol, Sultan Hassanudin, Kartini, Moh.Hatta, Budi Oetomo, dan banyak tokoh lainnya adalah orang-orang yang peduli dengan bangsanya. Repot-repot kesana kemari melakukan perundingan, repot-repot mendirikan sekolah, repot-repot memerangi orang Eropa dzalim, padahal bisa saja mereka ongkang-ongkang diam di tempatnya yang indah karena kebanyakan adalah golongan ningrat. Tapi bukan kebahagiaan diri sendiri rupanya yang di cari, tapi kepentingan orang banyak, karena pengorbanannya itulah Tuhan mengharumkan nama mereka semua hingga saat ini. Kalau saya perhatikan lagi, orang-orang yang namanya abadi sepanjang zaman adalah mereka yang paling besar pengorbanannya, tengoklah Nabi Muhammad, Nabi Isa, dan para nabi lain, kalau di baca lagi kisah hidupnya betapa besar dan pedih pengorbanan mereka. Yah, sepertinya post ini sudah cukup panjang, jadi kira-kira itulah pelajaran yang bisa saya petik dari perjalanan hari ini.  Semoga hari-hari saya kedepan selalu di bimbing Tuhan agar selalu bermanfaat. Amin

Salam,
Mustika.



parah kece banget gak sih ni diorama













Kesimpulan hari ini : Ternyata solo travel itu asik juga! tapi buat kita-kita yang cewek tetep harus waspada dan paham lingkungan yah. 



ini diorama pemilu pertama

liat : kalau bodoh oranglain bakal mudah menjajah milik kita





You Might Also Like

0 comments